Gua Harimau mengekalkan kompleks permakaman purba terpadat di Indonesia.
OLEH MAHANDIS Y.THAMRIN
FOTO OLEH REYNOLD SUMAYKU
FOTO OLEH REYNOLD SUMAYKU
Hingga kini, belum ditemukan fakta prosesi bagaimana budaya pemakaman di Gua Harimau. Saya menjumpai Vita, seorang ahli biologi dalam tim tersebut, yang saat itu tengah membungkus spesimen-spesimen tanah dari sekitar rangka dengan foil aluminium.
“Satu-satunya yang mewakili tumbuhan masa itu bisa diketahui dari fosil serbuk sari dekat rangka,” ujarnya. “Kemungkinan mereka telah memanfaatkan tanaman untuk upacara pemakaman itu.”
Dalam upacara pemakaman, “mereka cenderung memakai bunga-bunga berwarna putih dan wangi,” ungkap Vita. Aneka bunga itu dari tanaman melati-melatian, jenis durian, kopi-kopian, semak dan perdu. Pemaparannya, dalam sejarah peradaban manusia bunga-bunga dari jenis tersebut telah dipakai sebagai sumber kehidupan dan religi—simbol pertalian antarmanusia atau antara manusia dan Sang Pencipta. “Warna putih,” ungkapnya, “melambangkan kesucian, kepercayaan, kejujuran, dan perkabungan.”
Lalu, kenapa gambar-gambar cadas itu tetap lestari bahkan hingga ribuan tahun? Menurut Pindi, si perajah melukis gambar cadas itu di dinding yang lindap dan tidak basah. Juga, selama itu hutan sekelilingnya selalu terjaga dengan baik. “Kalau ingin mempertahankan gambar cadas, kita harus mempertahankan kelestarian lingkungan juga,” ujarnya.
Saya jadi teringat kisah Fadlan yang dua tahun lalu masih melihat bukit menghijau di barat daya gua, namun kini menggundul dan sebagian menjadi kebun kelapa sawit. Dia khawatir menjamurnya perkebunan akan memengaruhi tingkat kelembapan dan temperatur kawasan ini.
Selain banjir yang akan menurunkan kualitas karst, perubahan iklim akan berakibat pada temuan gua ini: rangka-rangka yang kian merapuh saat terpapar udara dan melunturnya gambar cadas. “Mungkin ini tidak pernah terpikirkan.”
Pagi yang menghentak bagi Truman dan timnya jelang hari penutupan petak-petak ekskavasi permakaman kuno. Seorang anggota tim melaporkan bahwa gelang perunggu milik rangka perempuan yang dikuburkan bersama bayinya itu telah raib.
Sepertinya, seseorang telah mencuri gelang itu usai tim meninggalkan gua pada sore sebelumnya. Si pencuri tampaknya mengambil dengan terburu-buru sehingga gelang itu patah separuh. “Jadi sekarang tinggal separuh,” ujar Truman yang pegal hati, namun tidak bisa berbuat banyak. “Sisanya masih tertanam.”
“Satu-satunya yang mewakili tumbuhan masa itu bisa diketahui dari fosil serbuk sari dekat rangka,” ujarnya. “Kemungkinan mereka telah memanfaatkan tanaman untuk upacara pemakaman itu.”
Dalam upacara pemakaman, “mereka cenderung memakai bunga-bunga berwarna putih dan wangi,” ungkap Vita. Aneka bunga itu dari tanaman melati-melatian, jenis durian, kopi-kopian, semak dan perdu. Pemaparannya, dalam sejarah peradaban manusia bunga-bunga dari jenis tersebut telah dipakai sebagai sumber kehidupan dan religi—simbol pertalian antarmanusia atau antara manusia dan Sang Pencipta. “Warna putih,” ungkapnya, “melambangkan kesucian, kepercayaan, kejujuran, dan perkabungan.”
Lalu, kenapa gambar-gambar cadas itu tetap lestari bahkan hingga ribuan tahun? Menurut Pindi, si perajah melukis gambar cadas itu di dinding yang lindap dan tidak basah. Juga, selama itu hutan sekelilingnya selalu terjaga dengan baik. “Kalau ingin mempertahankan gambar cadas, kita harus mempertahankan kelestarian lingkungan juga,” ujarnya.
Saya jadi teringat kisah Fadlan yang dua tahun lalu masih melihat bukit menghijau di barat daya gua, namun kini menggundul dan sebagian menjadi kebun kelapa sawit. Dia khawatir menjamurnya perkebunan akan memengaruhi tingkat kelembapan dan temperatur kawasan ini.
Selain banjir yang akan menurunkan kualitas karst, perubahan iklim akan berakibat pada temuan gua ini: rangka-rangka yang kian merapuh saat terpapar udara dan melunturnya gambar cadas. “Mungkin ini tidak pernah terpikirkan.”
Pagi yang menghentak bagi Truman dan timnya jelang hari penutupan petak-petak ekskavasi permakaman kuno. Seorang anggota tim melaporkan bahwa gelang perunggu milik rangka perempuan yang dikuburkan bersama bayinya itu telah raib.
Sepertinya, seseorang telah mencuri gelang itu usai tim meninggalkan gua pada sore sebelumnya. Si pencuri tampaknya mengambil dengan terburu-buru sehingga gelang itu patah separuh. “Jadi sekarang tinggal separuh,” ujar Truman yang pegal hati, namun tidak bisa berbuat banyak. “Sisanya masih tertanam.”
sumber : NGI
Artikel yang berkaitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar