Gua Harimau mengekalkan kompleks permakaman purba terpadat di Indonesia.
OLEH MAHANDIS Y.THAMRIN
FOTO OLEH REYNOLD SUMAYKU
FOTO OLEH REYNOLD SUMAYKU
Imaji garis-lengkung sejajar ini menunjukkan bahwa proses melukisnya lebih penting daripada hasil akhirnya, sehingga imaji ini boleh ditimpa dengan imaji lainnya. Persis seperti di Bali ketika “orang khusyuk beribadah dengan sesaji kembang,” katanya, “namun, mereka tidak soal apabila usai ibadah sesaji itu digilas mobil.”
Di ambang sadar, sang syaman melakukan tarian keramat sambil melumuri tangannya dengan turap dari luluhan batuan hematit. Lalu, “jari-jarinya menyentuh dinding gua sebagai hubungan langsung dengan portal dunia lain.”
Ada hal istimewa soal gambar cadas gua ini. Jika lazimnya panil gambar cadas disajikan untuk semua pemirsanya, ada satu gambar cadas yang diciptakan hanya untuk si perajah sendiri. Letaknya di balik batuan yang menggantung.
Pindi kembali memberikan perumpamaan untuk gambar istimewa itu. "Sama seperti gambar pada wayang beber, adegan terakhir itu hanya boleh dilihat oleh beberapa orang tertentu."
“Memang konteks cara berpikir kita tidak berubah,” ungkapnya. Semenjak manusia pertama—Homo sapiens—hingga hari ini, cara manusia membuat gambar, mengekspresikan kesakralan pada gambar, pertimbangan memilih hunian dan ruang suci itu senantiasa ajek.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah hubungan antara gambar cadas dan permakaman dalam gua itu. “Apakah itu semasa dengan permakaman, kita belum tahu.” Meski belum dapat dipastikan sepenuhnya, Pindi menduga bahwa gambar cadas itu bisa jadi terkait proses pemakaman di gua ini.
“Gambar cadas itu dibuat pada suatu proses yang berulang-ulang,” ujarnya, “Kalau dihubungkan dengan permakaman di gua, ada proses penguburan yang berkali-kali pula.”
Truman pun belum yakin apakah kedua hal itu saling berhubungan karena harus melalui uji pertanggalan. Namun, dari pengamatan sementara ini tampaknya ada kaitan gambar cadas dan temuan serpihan tembikar di sekitar rangka.
Yakni, pola hias duri ikan pada serpihan tembikar itu mirip dengan salah satu pola hias gambar cadas. Barangkali, si perajah dan pembuat tembikar itu berasal dari masa yang sama.
Artikel yang berkaitanDi ambang sadar, sang syaman melakukan tarian keramat sambil melumuri tangannya dengan turap dari luluhan batuan hematit. Lalu, “jari-jarinya menyentuh dinding gua sebagai hubungan langsung dengan portal dunia lain.”
Ada hal istimewa soal gambar cadas gua ini. Jika lazimnya panil gambar cadas disajikan untuk semua pemirsanya, ada satu gambar cadas yang diciptakan hanya untuk si perajah sendiri. Letaknya di balik batuan yang menggantung.
Pindi kembali memberikan perumpamaan untuk gambar istimewa itu. "Sama seperti gambar pada wayang beber, adegan terakhir itu hanya boleh dilihat oleh beberapa orang tertentu."
“Memang konteks cara berpikir kita tidak berubah,” ungkapnya. Semenjak manusia pertama—Homo sapiens—hingga hari ini, cara manusia membuat gambar, mengekspresikan kesakralan pada gambar, pertimbangan memilih hunian dan ruang suci itu senantiasa ajek.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah hubungan antara gambar cadas dan permakaman dalam gua itu. “Apakah itu semasa dengan permakaman, kita belum tahu.” Meski belum dapat dipastikan sepenuhnya, Pindi menduga bahwa gambar cadas itu bisa jadi terkait proses pemakaman di gua ini.
“Gambar cadas itu dibuat pada suatu proses yang berulang-ulang,” ujarnya, “Kalau dihubungkan dengan permakaman di gua, ada proses penguburan yang berkali-kali pula.”
Truman pun belum yakin apakah kedua hal itu saling berhubungan karena harus melalui uji pertanggalan. Namun, dari pengamatan sementara ini tampaknya ada kaitan gambar cadas dan temuan serpihan tembikar di sekitar rangka.
Yakni, pola hias duri ikan pada serpihan tembikar itu mirip dengan salah satu pola hias gambar cadas. Barangkali, si perajah dan pembuat tembikar itu berasal dari masa yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar