Hi ALL ,  welcome  |  MY SITE  |  PLEASE READ  |  THANK'S YOU ALL
Selamat datang di online learning, Ayo, terus belajar dan ilmu adalah teman yang paling baik. (kritik dan saran hubungi mhharismansur@gmail.com atau Hp. 081329653007)

Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 7

Written By mhharismansur on Sabtu, 29 Desember 2012 | 05.53



Gua Harimau mengekalkan kompleks permakaman purba terpadat di Indonesia.

OLEH MAHANDIS Y.THAMRIN
FOTO OLEH REYNOLD SUMAYKU
Pendapatnya sedikit berbeda dengan Truman dalam hal fungsi gua ini. Menurut Pindi, para Penutur Austronesia awal yang datang dengan teknologi pertanian dan perahu itu sudah tidak lagi menggunakan gua sebagai hunian utama­nya. Mereka sudah membangun pondok-pondok. “Yang menjadi masalah adalah sampai sekarang kita belum menemukan kampungnya,” ujar Pindi.

Mereka memandang gua sebagai tempat yang penting bagi pemenuhan kebutuhan integratif. Jadi, ketika gambar cadas dilukis, tampaknya gua berfungsi sebagai tempat sakral. “Saya tidak begitu yakin gua ini untuk dihuni,” ujarnya “kalau dihuni pun sifatnya sementara.”

“Gua Harimau sepertinya berfungsi sebagai peribadatan,” ungkapnya. “Ada indikasi kuat.” Pertimbangannya adalah gua ini memiliki panorama yang bagus, terlihat dari jauh lantaran berciri dinding putih, berkesan bersih, dan dekat sumber air.

“Itu berulang di seluruh Indonesia,” kata Pindi, “bahwa gua-gua yang digunakan sebagai tempat upacara sakral mempunyai ciri khas seperti itu.”

Siapa si perajah gambar cadas itu? Tampak­nya dia bukan seorang kepala suku, melainkan seorang tokoh—sang syaman—yang berkaitan dengan konsepsi kepercayaan. Di dunia ini jarang sekali pemimpin negara yang sekaligus merangkap sebagai pemimpin agama. Dan, peradaban Penutur Austronesia yang datang ke Sumatra telah mengenal sistem pembagian kerja dan stratifikasi sosial.

Gambar cadas memang selalu berkait dengan kegiatan sakral, namun tidak harus di tempat suci. Bisa jadi gambar itu ditemukan juga di gua hunian. “Ibarat kita menemukan sajadah, tidak berarti ruangan itu adalah masjid.”
Ada dua pembahasan menarik yang diungkapkan Pindi soal imaji yang ditampilkan dalam panil-panil gambar cadas itu. Dia menyebutnya: “imaji jala-tumpal” dan “imaji garis-lengkung sejajar.”

Imaji jala-tumpal tidak dibuat dengan spontan, namun dengan penuh kehati-hatian. Ini merupakan citra yang mewakili suatu arti yang terkait peran eksklusif gua megah ini. Artinya, hasil akhir lukisan itu lebih penting ketimbang proses membuatnya. Perumpamaannya “seperti saat membuat salib, tidak masalah kalau kayu-kayu bakalnya terinjak-injak,” ujarnya. “Namun begitu selesai, salib harus ditempatkan di atas.”

Sementara imaji garis-lengkung sejajar dibuat spontan sehingga tampaknya dibuat tatkala trance. “Menariknya,” sambung Pindi, “jika diminta melukis, semua orang di dunia yang berada di ambang sadar biasanya akan membuat garis-lengkung sejajar!” Dia pun menamsilkan budaya piramida yang berulang di seluruh dunia. “Kalau ada orang bikin piramida di Mesir, di Maya pun membuat hal yang sama.”
Arttikel yang berkaitan
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 1
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 2
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 3
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 4
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 5
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 6
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 7
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 8
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra part 9
  • Tapak Jejak Pitarah Sumatra (lengkap)
  • Praktek Deformasi Sebabkan Tengkorak Mirip Alien
  • Teks Berisi 10 Perintah Tuhan Dikonversi ke Format Digital
  • Bangsa Maya Tak Pernah Ramalkan Kiamat 2012
  • Dua Gunung Ini Diklaim Tempat Penyelamatan Kiamat Suku Maya
  • Kelambu Misteri Penghuni Purba Sumatra
  • Tidak ada komentar:

    Posting Komentar