Gua Harimau mengekalkan kompleks permakaman purba terpadat di Indonesia.
OLEH MAHANDIS Y.THAMRIN
FOTO OLEH REYNOLD SUMAYKU
FOTO OLEH REYNOLD SUMAYKU
Beberapa bulan setelah peristiwa itu, saya bertemu kembali dengan Truman di ruangan kantornya di Pejaten, Jakarta Selatan. Dia mengabarkan bahwa pencuri itu telah diurus oleh kepala desa setempat. Menurut pengakuan, si pencuri sangat yakin benda itu dapat menjadi jimat yang mendatangkan keberuntungan, keberanian, dan kekebalan.
Sayangnya, gelang separuh yang di tangan si pencuri pun kini tinggal secuil lantaran sudah dipotong-potong dan dibagikan ke teman-temannya. “Saya tidak tertarik lagi untuk mengetahui siapa yang mengambilnya,” kata Truman dengan masygul, “karena barang itu sudah hilang.”
Kejadian perusakan arkeologis bukan hanya terjadi sekali. Beberapa tahun silam, rangka-rangka manusia prasejarah di Gua Silabe hasil kerja keras timnya juga dijarah. Tampaknya sekelompok orang tak bertanggung jawab itu mengira adanya harta karun.
Penemuan kubur kuno dan gambar cadas di Gua Harimau telah membuka pengetahuan baru tentang sosial budaya dan konsepsi kepercayaan para Penutur Astronesia awal yang mendiami sisi selatan Sumatra. Semakin banyak temuan rangka, semakin banyak pula rangkaian pertanyaan yang timbul dan berputar-putar di benak Truman.
Mengapa banyak rangka yang telentang, namun banyak pula yang terlipat? Mengapa tak semua dikuburkan dengan orientasi timur-barat? Apakah kubur berpasangan itu meninggal saat bersamaan? Apakah kubur berpasangan itu pasti ada satu yang dikorbankan?
Apakah rangka manusia di permakaman itu bertalian dengan penduduk Padangbindu masa kini? Apakah nantinya gua ini menjawab kekosongan data hunian Sumatra yang lebih tua? “Masih banyak pertanyaan yang belum bisa kita jawab,” kata Truman.
Harapannya, penelitian ini kelak didukung berbagai disiplin keilmuan, kemudian disintesakan bersama. Saat ini dia masih mencoba merekonstruksi kehidupan gua walaupun dengan data terbatas. “Ilmu pengetahuan berkembang terus. Apa yang kita katakan sekarang tidak harus menjadi kebenaran mutlak,” ujarnya, “Besok berubah pun tidak menjadi masalah.”
Eksplorasi Gua Harimau akan berlanjut tahun ini dengan lebih memfokuskan pada kronologi huniannya melalui ekskavasi vertikal. Meskipun penelitian ini belum menjawab misteri besar Sumatra, tabir jejak peradaban awal pulau keenam terbesar di dunia itu perlahan-lahan mulai tersingkap.
“Kemungkinan besar di gua ini masih ada hunian yang lebih tua lagi,” ujarnya dengan penuh harap. “Sangat menjanjikan!”
Sayangnya, gelang separuh yang di tangan si pencuri pun kini tinggal secuil lantaran sudah dipotong-potong dan dibagikan ke teman-temannya. “Saya tidak tertarik lagi untuk mengetahui siapa yang mengambilnya,” kata Truman dengan masygul, “karena barang itu sudah hilang.”
Kejadian perusakan arkeologis bukan hanya terjadi sekali. Beberapa tahun silam, rangka-rangka manusia prasejarah di Gua Silabe hasil kerja keras timnya juga dijarah. Tampaknya sekelompok orang tak bertanggung jawab itu mengira adanya harta karun.
Penemuan kubur kuno dan gambar cadas di Gua Harimau telah membuka pengetahuan baru tentang sosial budaya dan konsepsi kepercayaan para Penutur Astronesia awal yang mendiami sisi selatan Sumatra. Semakin banyak temuan rangka, semakin banyak pula rangkaian pertanyaan yang timbul dan berputar-putar di benak Truman.
Mengapa banyak rangka yang telentang, namun banyak pula yang terlipat? Mengapa tak semua dikuburkan dengan orientasi timur-barat? Apakah kubur berpasangan itu meninggal saat bersamaan? Apakah kubur berpasangan itu pasti ada satu yang dikorbankan?
Apakah rangka manusia di permakaman itu bertalian dengan penduduk Padangbindu masa kini? Apakah nantinya gua ini menjawab kekosongan data hunian Sumatra yang lebih tua? “Masih banyak pertanyaan yang belum bisa kita jawab,” kata Truman.
Harapannya, penelitian ini kelak didukung berbagai disiplin keilmuan, kemudian disintesakan bersama. Saat ini dia masih mencoba merekonstruksi kehidupan gua walaupun dengan data terbatas. “Ilmu pengetahuan berkembang terus. Apa yang kita katakan sekarang tidak harus menjadi kebenaran mutlak,” ujarnya, “Besok berubah pun tidak menjadi masalah.”
Eksplorasi Gua Harimau akan berlanjut tahun ini dengan lebih memfokuskan pada kronologi huniannya melalui ekskavasi vertikal. Meskipun penelitian ini belum menjawab misteri besar Sumatra, tabir jejak peradaban awal pulau keenam terbesar di dunia itu perlahan-lahan mulai tersingkap.
“Kemungkinan besar di gua ini masih ada hunian yang lebih tua lagi,” ujarnya dengan penuh harap. “Sangat menjanjikan!”
sumber : NGI
Artikel yang berkaitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar