JAKARTA, KOMPAS.com — Perombakan kurikulum baru yang akan segera diuji kepada publik pada akhir bulan ini ternyata masih menuai berbagai kontroversi dari para pengamat pendidikan.
Perubahan kurikulum yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini dianggap karena adanya salah tangkap mengenai pemahaman tentang kurikulum.
Pengamat pendidikan, Utomo Dananjaya, mengatakan bahwa selama ini kurikulum hanya dianggap semacam daftar mata pelajaran.
Adanya pandangan yang sempit terhadap kurikulum tersebut membuat perombakan kurikulum sekadar mengurangi atau menambahkan mata pelajaran.
"Cara pandang yang salah tentang kurikulum ini mengakibatkan pola yang salah saat mengubah kurikulum. Pengurangan dan penambahan mata pelajaran itu bukan makna dari kurikulum," kata Mas Tom, sapaan akrab Utomo Dananjaya, saat diskusi "Kritik atas Kebijakan Perubahan Kurikulum" di Rumah Tilaar, Jakarta, Jumat (23/11/2012).
Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina ini mengungkapkan bahwa penataan kurikulum ini selalu terkesan asal-asalan dari 1945 sampai 2002.
Lantaran salah konsep semacam ini, perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah ini justru tak mencapai sasaran. "Jadi, jangan memandang kurikulum hanya mata pelajaran agar tidak salah sasaran," ungkap Mas Tom.
Dalam kesempatan yang sama, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jimmy Paat, mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini harus diperhatikan dengan jelas. Pasalnya, perubahan kurikulum yang terjadi selama ini hanya sebatas perubahan nama.
"Sebenarnya dari standar konten ujung-ujungnya sama saja. Hasil yang dicapai juga tidak jauh berbeda. Hanya namanya saja yang berubah," katanya.
Editor :
Benny N Joewono
Artikel yang berkaitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar