Hi ALL ,  welcome  |  MY SITE  |  PLEASE READ  |  THANK'S YOU ALL
Selamat datang di online learning, Ayo, terus belajar dan ilmu adalah teman yang paling baik. (kritik dan saran hubungi mhharismansur@gmail.com atau Hp. 081329653007)

Gigitan yang Menyembuhkan part 7

Written By mhharismansur on Jumat, 25 Januari 2013 | 04.40


Para ilmuwan tengah menggali potensi medis bisa.

OLEH JENNIFER S. HOLLAND
FOTO OLEH MATTIAS KLUM
Mamba hitam (Dendroaspis polylepis) yang masih berkerabat dekat—ular yang mulutnya segelap liang lahad saat terbuka, dan bisanya dengan cepat memasukkan manusia ke dalamnya—memiliki toksin yang sangat potensial untuk menjadi obat baru penghilang nyeri yang kuat.

Monster gila (Heloderma suspectum), kadal ber­­kulit bintil di padang pasir Barat Daya AS, hanya makan besar tiga kali setahun (dia menyimpan lemak di ekornya untuk masa penantian yang panjang), tetapi gula darah­nya tetap stabil. Pada 1992, seorang ahli endo­krinologi bernama John Eng di Bronx/James J. Peters VA Medical Center, New York, mengidentifikasi komponen dalam bisa monster gila yang mengontrol gula darah dan bahkan mengurangi nafsu makan.

Eksenatida, obat yang berasal dari bisa dalam air liurnya, bekerja seperti hormon alami, merangsang sel untuk menyimpan kelebihan gula tetapi tidak aktif apabila kadar gula normal. Obat ini bahkan membantu penderita diabetes memproduksi insulin sendiri dan menurunkan berat badan. Dengan jumlah pengidap diabetes tipe 2 di Amerika Serikat saja hampir mencapai 25 juta, monster gila jelas menjadi pahlawan.

Walaupun langka, mamalia berbisa juga ikut bersumbangsih. Obat stroke iskemik saat ini hanya efektif jika diberikan kepada korban dalam waktu tiga jam sejak serangan. Obat yang berasal dari toksin antikoagulan dalam air liur kelelawar vampir kini dalam uji klinis dan dapat memperpanjang waktunya hingga sembilan jam. Ingat peristiwa Michael digigit kalajengking di Meksiko.

Takacs tengah meneliti toksin baru hasil gabungan bisa tiga spesies kalajengking yang hanya memblokir sel T kekebalan tubuh yang menyebabkan banyak penyakit auto­imun—penelitian yang mungkin akan menjadi terobosan Designer Toxins pertama.

Beberapa perusahaan obat lain juga berupaya menemukan obat dari toksin ini. Sementara itu, ditemukan bahwa neurotoksin dari bisa kalajengking Leiurus quinquestriatus menempel pada permukaan sel kanker otak. Alasan utama tumor muncul kembali adalah karena ahli bedah sulit membedakan sel yang sehat dengan sel kanker di bagian per­batasan­nya.

Pencitraan resonansi magnetik, MRI—alat bantu diagnostik terbaik yang tersedia—tidak dapat mendeteksi massa yang lebih kecil dari sekitar satu miliar sel. Ini berarti ahli bedah harus menentukan batas antara jaringan tumor dan jaringan sehat “murni melalui tanda visual dan tekstur,” kata James Olson dari Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, Washington. “Sangat banyak kelemahannya.”

Dokter yang mengobati glioma, kanker otak yang paling umum, membuat “senter molekul­er” dengan klorotoksin yang diberi pe­warna inframerah-dekat. Pada percobaan pertama, kata Olson, “cat tumor”, demikian dia menyebut penanda dari bisa kalajengking itu, “menunjukkan sel kanker dengan jelas sekali. Kami benar-benar berjingkrak-jingkrak karena menyadari betapa besar potensi zat ini.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar