Jangan dikira yang perlu bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan hanya manusia dewasa saja. Balita pun juga perlu bersosialisasi demi perkembangan kepribadiannya. Kemampuan bersosialisasi sebenarnya efek dari kemampuan personal balita yang makin meningkat seiring bertambahnya usia. Nah, pada saat bersosialisasi itulah mereka akan dihadapkan dengan beragam aspek di lingkungannya, yang secara sadar ataupun tidak akan mengarahkan balita untuk berinteraksi dengan sekitarnya. Lalu, bagaimanakah mengenali kemampuan bersosialisasi balita?
Kemampuan bersosialisasi sebenarnya sudah dimulai sejak bayi. Semisal bayi berumur dua bulan, akan nampak bereaksi ketika orang-orang terdekatnya mendekatkan wajahnya, sembari memanggil namanya, bayi seolah gembira tersenyum, walau sebenarnya konsep nama untuknya belum bisa dipahami. Itulah bentuk kemampuan sosial awal bayi, selain kemampuan alamiahnya merengek minta ASI.
Saat usia menginjak satu tahun lebih dan sudah bisa berjalan, balita secara naluri pasti menginginkan teman selain orang serumah, apalagi saat didekatkan pada lingkungan di luar rumah. Balita terlihat sangat senang berkumpul dengan temannya, meski kemampuan berbicaranya terbatas, namun akan berusaha mengingat teman-temannya, mencoba memperlihatkan mainan kesayangannya, atau bahkan sekedar berebutan sesuatu dengan teman kecilnya. Karena sifat egosentriknya masih tinggi, yaitu belum mengenal konsep kepemilikan dengan baik, interaksi seperti memperebutkan suatu mainan akan sering terjadi.
Usia 2-5 tahun, pada periode emas dari bertumbuh fisik dan perkembangan otak balita, orangtua seharusnya bijak dalam pilih dan pilah hal-hal yang dapat mendukung kemampuan bersosialisasi balita. Mengenali kemampuan bersosialisasi balita di masa ini tak harus dengan orang disekelilingnya, dengan binatang peliharaan maupun lingkungan hidup harus pula mulai ditingkatkan interaksinya untuk menambah wawasan dan menambah kepercayaan diri balita.
Demi mengoptimalkan kemampuan bersosialisasi balita sesuai dengan usianya, peran orangtua sangat dominan dibutuhkan, saling menunjang, dan terintegrasi. Tak jarang orangtua merasa khawatir jika balitanya bergaul dengan orang lain karena dampak buruk yang dapat ditimbulkan. Akan tetapi, mengapa kita tidak munculkan saja dampak positifnya, dengan bertindak sebagai pengawas yang bijak untuk kontrol perlakuan orang dewasa maupun anak-anak disekitarnya. Karena tidak bisa dipungkiri saat balita bersosialisasi sisi negatif dan positif senantiasa ada. Jadi, dengan mengenali kemampuan bersosialisasi balita diharapkan orangtua lebih maksimal dalam pengasuhan balitanya.
sumber : klik disini
Artikel yang berkaitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar