Hi ALL ,  welcome  |  MY SITE  |  PLEASE READ  |  THANK'S YOU ALL
Selamat datang di online learning, Ayo, terus belajar dan ilmu adalah teman yang paling baik. (kritik dan saran hubungi mhharismansur@gmail.com atau Hp. 081329653007)

Petunjuk Pertama Darwin part 3

Written By mhharismansur on Rabu, 02 Januari 2013 | 07.59


Bukan hanya burung pipit yang menginspirasi Darwin, melainkan juga fosil armadillo dan sloth.

OLEH DAVID QUAMMEN
FOTO OLEH LUCIANO CANDISANI, MINDEN PICTURES
Pada September 1832, dalam tahun pertama misinya, HMS Beagle melepas sauh di dekat Bahía Blanca, sebuah permukiman di bagian terdalam teluk sekitar 650 kilometer barat daya Buenos Aires. Saat itu Jenderal Rosas sedang melancarkan perang genosida terhadap bangsa Indian dan Bahía Blanca merupakan benteng depan Argentina. Sebagian besar penghuninya tentara. Selama lebih dari sebulan Beagle singgah di kawasan itu, beberapa awaknya sibuk menyigi, yang lain melakukan pekerjaan di darat—menggali sumur, mencari kayu bakar, dan berburu binatang. Lanskap di seputarnya adalah Pampas Argentina yang klasik, padang rumput subur yang berbatasan dengan bukit pasir yang ditahan keberadaannya oleh rerumputan di sepanjang pantai. Para pemburu membawa pulang rusa, agouti (sejenis binatang pengerat, genus Dasyprocta), dan beberapa jenis binatang buruan lain, termasuk beberapa armadillo dan seekor burung yang tidak bisa terbang yang disebut oleh Darwin sebagai “burung unta”. Tentu saja itu bukan burung unta (satwa asli Afrika, dan sebelumnya Timur Tengah); burung itu seekor rhea, tepatnya Rhea americana, bentuknya mirip burung unta tetapi endemik Amerika Selatan dan merupakan burung terberat di benua itu.

“Menu makan malam kami hari ini tentu terdengar sangat aneh di Inggris,” tulis Darwin yang menikmati keeksotisan gaya hidupnya yang baru, dalam catatan hariannya pada 18 September: “Siomai burung unta dan Armadillo.” Dia juga terlibat petualangan yang meriah, bukan hanya kerja lapangan yang biasa tentang sejarah alam, dan buku hariannya selama di kapal (kemudian hari menjadi buku perjalanan berjudul The Voyage of the Beagle) mencerminkan perhatiannya pada budaya, masyarakat, politik, di samping ilmu pengetahuan. Dia mencatat, daging merah dari burung besar mirip daging sapi. Armadillo yang dikuliti cangkangnya terlihat dan terasa seperti daging bebek. Pengalaman makannya di Pampas dan kemudian di Patagonia, di samping menjadi bagian dari tur penemuannya yang lahap, pada akhirnya berperan dalam pemikiran evolusinya.

Beberapa hari setelah itu, pada 22 September 1832, Darwin dan Fitzroy naik perahu kecil untuk mengunjungi sebuah lokasi yang bernama Punta Alta, 16 kilometer dari tempat mereka lego jangkar. Di sana mereka menemukan beberapa singkapan batu yang menjorok ke atas air. “Ini yang pertama yang pernah kulihat,” tulis Darwin, “ dan sangat menarik karena mengandung banyak cangkang dan tulang binatang besar.”

Tak seperti namanya, Punta Alta (“Tanjung Tinggi”) tidaklah terlalu tinggi, tebingnya yang terbuat dari batu lumpur kemerahan hanya sekitar enam meter tingginya. Jikapun tanjung tersebut tidak mengesankan, tidak demikian dengan fosil yang tersingkap di sana: besar, berbentuk aneh-aneh, dan berlimpah. Darwin, dibantu seorang pria, menggali batu yang lunak dengan beliung. Antara sesi tersebut dan upaya-upaya berikutnya, dia memperoleh rangka sembilan mamalia besar dari Punta Alta, semuanya tidak dikenal atau hampir tidak dikenal oleh ilmu pengetahuan. Satwa-satwa adalah raksasa-raksasa Pleistosen yang telah punah, hanya ada di Amerika pada suatu masa sebelum 12.000 tahun silam.

Yang paling terkenal adalah Megatherium, seekor sloth tanah seukuran gajah yang sudah pernah dinamai dan diuraikan oleh ahli anatomi Prancis Georges Cuvier berdasarkan satu set fosil yang ditemukan di Paraguay. Sloth yang hidup zaman sekarang berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, dan hanya ada di sana; Megatherium memiliki banyak kesamaan anatomi, tetapi tubuhnya terlalu besar untuk bisa memanjat pohon. Temuan Darwin juga termasuk setidaknya tiga sloth tanah raksasa, sejenis kuda yang sudah punah, dan satu karapaks pelindung yang tersusun atas sisik tulang kecil yang menyatu, sisa-sisa dari seekor binatang besar yang pasti sangat mirip dengan armadillo. Saat itu, Darwin sudah familiar dengan armadillo hidup, telah melahap daging kupas yang rasanya mirip bebek itu bersama siomai burung unta. Dia juga pernah melihat gaucho setempat membunuh armadillo dan memanggangnya dalam cangkangnya. Di antara 20 spesies armadillo yang ada, semuanya hanya ada di Amerika dan beberapa umum ditemui di Pampas; binatang yang dipanggang itu mungkin armadillo bergaris enam (Euphractus sexcinctus) yang banyak terdapat di sana dan terkenal tidak enak, tetapi ini tidak menghalangi para gaucho yang tidak pilih-pilih makanan, yang terkadang makan apa saja selama berminggu-minggu. “Seperti keong, mereka memanggul semua barangnya dan makanan mereka diambil dari sekeliling,” tulis Darwin merujuk kepada para gembala sapi itu, bukan armadillo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar