Bukan hanya burung pipit yang menginspirasi Darwin, melainkan juga fosil armadillo dan sloth.
OLEH DAVID QUAMMEN
FOTO OLEH LUCIANO CANDISANI, MINDEN PICTURES
FOTO OLEH LUCIANO CANDISANI, MINDEN PICTURES
Petunjuk-petunjuk dari Galápagos ini memandu Darwin (apakah segera? Atau lama setelahnya? dalam hal ini cerita mitos tersebut menjadi kurang jelas) menyimpulkan bahwa keanekaragaman hayati di Bumi muncul melalui proses penurunan makhluk hidup yang disertai modifikasi—evolusi, demikian istilahnya sekarang—dan seleksi alam adalah mekanismenya. Darwin menulis buku yang berjudul The Origin of Species dan meyakinkan semua orang, kecuali para pemimpin Gereja Anglikan, bahwa demikianlah adanya.
Penjelasan tersebut tidak sepenuhnya benarah. Cerita bak kartun tentang pengarungan Beagle serta akibatnya itu memang ada benarnya, tetapi kisah itu juga mencampuraduk, memelintir, dan menghilangkan banyak hal. Misalnya, keragaman burung pipit di Galápagos tidaklah sejelas seperti keragaman burung mockingbird atau tenca (Mimus thenca), paling tidak pada awalnya dan Darwin baru mampu memahami perihal burung-burung pipit itu setelah dibantu oleh seorang pakar burung di Inggris.
Persinggahan di Galápagos merupakan anomali singkat menjelang akhir ekspedisi yang tujuan utamanya menyigi garis pantai Amerika Selatan. Darwin ikut di Beagle bukanlah sebagai naturalis resmi; dia adalah lulusan Cambridge berusia 22 tahun yang sedang mengawali karier dengan setengah hati sebagai pendeta desa. Darwin diundang mengikuti pengarungan tersebut sebagai teman makan malam sang kapten, Robert Fitzroy, seorang bangsawan muda yang temperamental. Dengan berjalannya waktu, Darwin memang seolah mengambil peran sebagai naturalis dan menganggap dirinya sebagai seorang naturalis. Namun, teorinya berkembang secara lambat, diam-diam, danThe Origin of Species (judul lengkapnya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life) baru diterbitkan pada 1859. Selama puluhan tahun setelahnya, banyak ilmuwan, di samping sejumlah pendeta era Victoria, menentang bukti dan argumen evolusi tersebut. Memang, realitas evolusi diterima luas pada masa hidup Darwin, tetapi teorinya Darwin sendiri—dengan seleksi alam sebagai sebab utama—baru diakui sekitar 1940, setelah sukses berpadu dengan genetika.
Selain penjelasan di atas, hal paling menarik yang hilang dari dongeng penyederhanaan itu adalah: petunjuk pertama yang sesungguhnya bagi Darwin ke arah evolusi tidaklah berasal dari Galápagos, tetapi dari tiga tahun sebelumnya di sebuah pantai yang bergelora di pesisir utara Argentina. Petunjuk itu tidak berupa bentuk paruh burung, bahkan bukan makhluk hidup. Petunjuk tersebut adalah sekumpulan fosil. Lupakan saja dulu tentang pipit Darwin. Untuk mendapatkan sudut pandang yang baru tentang pengarungan Beagle, mulailah dari armadillo dan sloth raksasa Darwin.
Penjelasan tersebut tidak sepenuhnya benarah. Cerita bak kartun tentang pengarungan Beagle serta akibatnya itu memang ada benarnya, tetapi kisah itu juga mencampuraduk, memelintir, dan menghilangkan banyak hal. Misalnya, keragaman burung pipit di Galápagos tidaklah sejelas seperti keragaman burung mockingbird atau tenca (Mimus thenca), paling tidak pada awalnya dan Darwin baru mampu memahami perihal burung-burung pipit itu setelah dibantu oleh seorang pakar burung di Inggris.
Persinggahan di Galápagos merupakan anomali singkat menjelang akhir ekspedisi yang tujuan utamanya menyigi garis pantai Amerika Selatan. Darwin ikut di Beagle bukanlah sebagai naturalis resmi; dia adalah lulusan Cambridge berusia 22 tahun yang sedang mengawali karier dengan setengah hati sebagai pendeta desa. Darwin diundang mengikuti pengarungan tersebut sebagai teman makan malam sang kapten, Robert Fitzroy, seorang bangsawan muda yang temperamental. Dengan berjalannya waktu, Darwin memang seolah mengambil peran sebagai naturalis dan menganggap dirinya sebagai seorang naturalis. Namun, teorinya berkembang secara lambat, diam-diam, danThe Origin of Species (judul lengkapnya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life) baru diterbitkan pada 1859. Selama puluhan tahun setelahnya, banyak ilmuwan, di samping sejumlah pendeta era Victoria, menentang bukti dan argumen evolusi tersebut. Memang, realitas evolusi diterima luas pada masa hidup Darwin, tetapi teorinya Darwin sendiri—dengan seleksi alam sebagai sebab utama—baru diakui sekitar 1940, setelah sukses berpadu dengan genetika.
Selain penjelasan di atas, hal paling menarik yang hilang dari dongeng penyederhanaan itu adalah: petunjuk pertama yang sesungguhnya bagi Darwin ke arah evolusi tidaklah berasal dari Galápagos, tetapi dari tiga tahun sebelumnya di sebuah pantai yang bergelora di pesisir utara Argentina. Petunjuk itu tidak berupa bentuk paruh burung, bahkan bukan makhluk hidup. Petunjuk tersebut adalah sekumpulan fosil. Lupakan saja dulu tentang pipit Darwin. Untuk mendapatkan sudut pandang yang baru tentang pengarungan Beagle, mulailah dari armadillo dan sloth raksasa Darwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar