
Tak kasat mata. Ada di mana-mana. Dan berkuasa.
OLEH NATHAN WOLFE
FOTO OLEH DEPT.MIKROBIOLOGI, BIOZENTRUM, UNIVERSITAT BASEL/PHOTO RESEARCHER, INC
FOTO OLEH DEPT.MIKROBIOLOGI, BIOZENTRUM, UNIVERSITAT BASEL/PHOTO RESEARCHER, INC
Pada 2006, misalnya, para ilmuwan di Lawrence Berkeley National Laboratory mengumumkan bahwa sampel udara yang diambil dari San Antonio dan Austin, Texas, mengandung setidaknya 1.800 spesies bakteri udara, membuat keragaman spesies di udara setara dengan yang ada di tanah.
Di antaranya terdapat bakteri dari padang rumput, pengolahan limbah, mata air panas, dan gusi manusia, serta bakteri yang umum ditemukan pada cat lapuk. Kebanyakan mikroba udara tidak berasal dari jauh, tetapi ada juga yang menempuh perjalanan sangat panjang.
Debu dari gurun di Cina bertiup menyeberangi Samudra Pasifik ke Amerika Utara dan ke timur ke Eropa, akhirnya mengelilingi dunia. Awan debu tersebut penuh bakteri dan virus dari tanah asalnya, serta mikroba lain dari asap pembakaran sampah atau dari kabut di atas lautan yang diseberanginya yang ikut terbawa. Hirup napas, dan rasakan mikroba dari seluruh dunia.
Selain di udara permukaan yang kita hirup, mikroba juga terdapat di atmosfer-atas, hingga ketinggian 36 kilometer di atas permukaan bumi. Saya percaya mikroba bisa melayang lebih tinggi, meskipun sulit membayangkannya bisa hidup lama jauh dari air dan zat hara.
Di bawah ketinggian itu, mikroba bertahan hidup dan bahkan berkembang. Terdapat bukti bahwa sekalipun tingkat radiasi ultraviolet yang tinggi dapat membunuh bakteri, beberapa bermetabolisme dan bahkan mungkin bereproduksi di dalam awan.
Mikroba tidak hanya menghuni udara—mikroba menciptakannya, atau setidaknya bagian yang paling kita perlukan. Pada awal kehidupan di Bumi, atmosfer tidak memiliki kadar oksigen yang tinggi. Oksigen merupakan produk sampingan fotosintesis, dan proses ini ditemukan sekitar dua setengah miliar tahun yang lalu oleh sianobakteri.
Bakteri ini berperan langsung dalam setengah produksi oksigen di Bumi setiap tahun, dan secara tidak langsung atas sebagian besar sisanya. Ratusan juta tahun yang lalu bentuk purba sianobakteri masuk ke dalam sel yang kemudian berevolusi menjadi tanaman.
Di dalam cikal-bakal tanaman tersebut, sianobakteri berevolusi menjadi kloroplas, mesin penghasil oksigen fotosintesis dalam sel tumbuhan. Bersama-sama, sianobakteri yang hidup bebas dan saudara kloroplasnya yang telah lama terpisah melakukan sebagian besar fotosintesis di Bumi.
Di antaranya terdapat bakteri dari padang rumput, pengolahan limbah, mata air panas, dan gusi manusia, serta bakteri yang umum ditemukan pada cat lapuk. Kebanyakan mikroba udara tidak berasal dari jauh, tetapi ada juga yang menempuh perjalanan sangat panjang.
Debu dari gurun di Cina bertiup menyeberangi Samudra Pasifik ke Amerika Utara dan ke timur ke Eropa, akhirnya mengelilingi dunia. Awan debu tersebut penuh bakteri dan virus dari tanah asalnya, serta mikroba lain dari asap pembakaran sampah atau dari kabut di atas lautan yang diseberanginya yang ikut terbawa. Hirup napas, dan rasakan mikroba dari seluruh dunia.
Selain di udara permukaan yang kita hirup, mikroba juga terdapat di atmosfer-atas, hingga ketinggian 36 kilometer di atas permukaan bumi. Saya percaya mikroba bisa melayang lebih tinggi, meskipun sulit membayangkannya bisa hidup lama jauh dari air dan zat hara.
Di bawah ketinggian itu, mikroba bertahan hidup dan bahkan berkembang. Terdapat bukti bahwa sekalipun tingkat radiasi ultraviolet yang tinggi dapat membunuh bakteri, beberapa bermetabolisme dan bahkan mungkin bereproduksi di dalam awan.
Mikroba tidak hanya menghuni udara—mikroba menciptakannya, atau setidaknya bagian yang paling kita perlukan. Pada awal kehidupan di Bumi, atmosfer tidak memiliki kadar oksigen yang tinggi. Oksigen merupakan produk sampingan fotosintesis, dan proses ini ditemukan sekitar dua setengah miliar tahun yang lalu oleh sianobakteri.
Bakteri ini berperan langsung dalam setengah produksi oksigen di Bumi setiap tahun, dan secara tidak langsung atas sebagian besar sisanya. Ratusan juta tahun yang lalu bentuk purba sianobakteri masuk ke dalam sel yang kemudian berevolusi menjadi tanaman.
Di dalam cikal-bakal tanaman tersebut, sianobakteri berevolusi menjadi kloroplas, mesin penghasil oksigen fotosintesis dalam sel tumbuhan. Bersama-sama, sianobakteri yang hidup bebas dan saudara kloroplasnya yang telah lama terpisah melakukan sebagian besar fotosintesis di Bumi.
sumber : NG Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar