Hi ALL ,  welcome  |  MY SITE  |  PLEASE READ  |  THANK'S YOU ALL
Selamat datang di online learning, Ayo, terus belajar dan ilmu adalah teman yang paling baik. (kritik dan saran hubungi mhharismansur@gmail.com atau Hp. 081329653007)

Hikayat Negeri Tembakau part 8

Written By mhharismansur on Jumat, 18 Januari 2013 | 06.36


Tembakau berjalin kelindan dengan kebudayaan masyarakat Nusantara.

OLEH PUTHUT E.A.
FOTO OLEH HAFIDZ NOVALSYAH
Tidak ada yang bisa memastikan sejak kapan tembakau ada di Indonesia. Berbagai literatur sejarah menunjuk pada titimangsa yang berbeda. Ada yang menyatakan bahwa tem­bakau masuk di wilayah Indonesia pada abad ke-16 dan ada pula yang berpendapat pada abad ke-17. Bahkan, banyak pula sumber sejarah yang menyangkal kedua pendapat tersebut dan menyatakan bahwa tradisi merokok sudah ada di Indonesia bahkan sebelum abad ke-16.

Walaupun berbeda, merujuk kepada tahun-tahun tersebut, tidak mustahil jika tembakau sudah menjadi bagian penting dari masyarakat Indonesia sejak dulu, sejak ratusan tahun lalu. Hal ini masih bisa kita lacak sampai sekarang, baik lewat kajian sejarah yang ditulis belakangan maupun dari berbagai serat yang diterakan para pujangga dari keraton.

Semakin jelas jika kemudian kita melihat bahwa tembakau atau rokok menjadi salah satu elemen sesajen yang ada di berbagai masyarakat tradisional. Maka wajar jika saat saya berkeliling ke be­berapa daerah penghasil tembakau dan bertanya kapan kira-kira warga setempat menanam tem­bakau, jawaban mereka relatif sama: sejak dulu kala.

Dan pasti mereka menolak kalau dikatakan tembakau itu bukan berasal dari wilayah mereka. Sebab, bagi mereka, tembakau ada, menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Baik sebagai barang dagangan, sesuatu yang di­konsumsi dan menjadi bagian dari ritual-ritual penting dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, tampaknya para sejarawan bersepakat mengenai kapan tembakau, sebagai industri, mulai berdenyut di Indonesia, yakni pada paruh abad ke-19.

Soal sejarah masuknya tembakau memang bisa diperdebatkan, namun satu hal yang tidak bisa dimungkiri, industri ini pada tahun 2011 telah memberi kontribusi cukai ke negara sebesar Rp73,252 triliun. Itu baru uang yang didapat negara dari cukai, belum uang yang beredar di masyarakat yang terkait dengan mata rantai tata niaga industri tembakau. Pendapatan negara dari hasil tambang di tahun yang sama hanya sebesar Rp13,77 triliun.

Lewat status penguasaan area perkebunan tem­bakau, terlihat bahwa tanaman ini mem­punyai ikatan emosi dan ekonomi yang kuat dengan masyarakat. Rerata dari 2005 sampai 2009, sebesar 97,43 persen dikuasai perkebunan rakyat. Sisanya, yang hanya 2,57 persen, dikuasai oleh perkebunan negara dan swasta.

Indonesia juga dikenal sebagai penghasil rokok kretek, rokok yang dihasilkan dari campu­ran antara tembakau dan cengkih serta rempah-rempah lain. Aromanya sangat khas. Kretek sudah sejak lama diisap masyarakat Indonesia, tetapi sosok yang dianggap menemukan formula kretek adalah seorang laki-laki dari Kudus bernama Haji Djamhari sekitar tahun 1870-an.

Konon ia menderita sakit bengek. Awalnya ia berusaha mengobati sakitnya dengan meng­usapkan minyak cengkih di dadanya. Tetapi kemudian ia mencoba mencampurkan cengkih ke dalam tembakau yang diisapnya. Sakit yang dideritanya sembuh. Djamhari kemudian memproduksi rokok yang kelak disebut rokok kretek itu untuk dijual.

Awalnya, rokok kretek ditemukan dan diper­jual­belikan di apotek-apotek dan kedai-kedai jamu. Kini, rokok kretek men­dominasi pasar rokok di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 95 persen, sementara 5 persen sisanya adalah rokok putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar