Liputan6.com, Jakarta : Habibie: Ainun Selalu di Hati
Presiden juga manusia. Buktinya, Presiden ketiga RI, BJ habibie juga merasakan kegalauan. Kegalauannya dikarenakan mendiang Ainun, belahan hatinya sudah meninggalkan dunia ini. Kepergian Ainun pun membawa efek buruk bagi Habibie.
"Anda tidak tahu bagaimana bila tidak ada Bu Ainun kan? Saya bisa gila," ujar Habibie, dengan nada yang sangat lembut, di hadapan ratusan peserta Silaknas ICMI, di JCC, Selasa (18/12/2012).
Untuk mengatasi kegalauannya, Habibie selalu menyibukkan dirinya agar tidak larut dengan kepergian Ainun. Salah satu kesibukannya, adalah mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
"Tanpa Ainun saya ngapain? 24 jam saya itu, Ilham bisa cek, saya melaksanakan salat lima waktu, baca doa 45 menit tiap malam. Diantaranya saya kerja, kerja apa saja. Saya baca filsafat, pemikiran-pemikiran orang lain dan saya tulis. Saya sedang menulis buku," kata Habibie.
Pernah suatu waktu, Habibie lupa waktu hingga ditegur oleh anaknya, Ilham Habibie.
"Waktu itu, sudah pukul setengah tiga subuh, Ilham mergoki saya, 'Nah, kamu menyalahgunakan kebebasan. Tidur sana',"cerita Habibie.
Larut dalam suasana mengenang masa-masa indah bersama Ainun, Ketua Dewan Kehormatan ICMI ini menanyakan kepada peserta apakah mereka tahu karya tersebar Ainun.
"Tahu karya besar Bu Ainun apa? Dia menghasilkan jadinya Bacharuddin Jusuf Habibie. Saya selalu bilang, saya bisa begini karena Ainun," imbuhnya.
Raut wajah sedih pun sempat terlukis di wajah Habibie. Beberapa detik, ia sempat berhenti bicara, seraya menghela nafas. Kemudian, dengan muka yang lebih tegar, Habibie berkata, "Saya tidak pernah sendiri, Ainun selalu di hati (sambil memegang dada)."
Kisah cinta Habibie terhadap Ainun pun dituangkannya dalam bentuk buku. Kini, berangkat dari buku yang ia tulis, lahirlah film Habibie-Ainun. Nantinya, para peserta Silaknas ICMI akan menutup acara dengan nonton bersama film itu. (Ism)
Artikel yang berkaitanPresiden juga manusia. Buktinya, Presiden ketiga RI, BJ habibie juga merasakan kegalauan. Kegalauannya dikarenakan mendiang Ainun, belahan hatinya sudah meninggalkan dunia ini. Kepergian Ainun pun membawa efek buruk bagi Habibie.
"Anda tidak tahu bagaimana bila tidak ada Bu Ainun kan? Saya bisa gila," ujar Habibie, dengan nada yang sangat lembut, di hadapan ratusan peserta Silaknas ICMI, di JCC, Selasa (18/12/2012).
Untuk mengatasi kegalauannya, Habibie selalu menyibukkan dirinya agar tidak larut dengan kepergian Ainun. Salah satu kesibukannya, adalah mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
"Tanpa Ainun saya ngapain? 24 jam saya itu, Ilham bisa cek, saya melaksanakan salat lima waktu, baca doa 45 menit tiap malam. Diantaranya saya kerja, kerja apa saja. Saya baca filsafat, pemikiran-pemikiran orang lain dan saya tulis. Saya sedang menulis buku," kata Habibie.
Pernah suatu waktu, Habibie lupa waktu hingga ditegur oleh anaknya, Ilham Habibie.
"Waktu itu, sudah pukul setengah tiga subuh, Ilham mergoki saya, 'Nah, kamu menyalahgunakan kebebasan. Tidur sana',"cerita Habibie.
Larut dalam suasana mengenang masa-masa indah bersama Ainun, Ketua Dewan Kehormatan ICMI ini menanyakan kepada peserta apakah mereka tahu karya tersebar Ainun.
"Tahu karya besar Bu Ainun apa? Dia menghasilkan jadinya Bacharuddin Jusuf Habibie. Saya selalu bilang, saya bisa begini karena Ainun," imbuhnya.
Raut wajah sedih pun sempat terlukis di wajah Habibie. Beberapa detik, ia sempat berhenti bicara, seraya menghela nafas. Kemudian, dengan muka yang lebih tegar, Habibie berkata, "Saya tidak pernah sendiri, Ainun selalu di hati (sambil memegang dada)."
Kisah cinta Habibie terhadap Ainun pun dituangkannya dalam bentuk buku. Kini, berangkat dari buku yang ia tulis, lahirlah film Habibie-Ainun. Nantinya, para peserta Silaknas ICMI akan menutup acara dengan nonton bersama film itu. (Ism)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar